Selamat Datang Tuan dan Puan. Horas!

Selasa, 13 Juni 2017

Pengaruh Karakter Bos terhadap Produktivitas Kerja Karyawan

Menurut KBBI, karakter (n) adalah 1 tabiat; sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain; watak; 2 Komphuruf, angka, ruang, simbol khusus yang dapat dimunculkan pada layar dengan papan ketik berkarakter vmempunyai tabiat; mempunyai kepribadian; berwatak: anak itu ~ aneh.

Setiap orang memiliki karakter yang berbeda-beda. Ada yang penyabar, egois, mudah marah, periang, pemalas, dan lain-lain.  Itu sebabnya, tidak semua orang memiliki sikap yang sama dalam menghadapi sebuah problema yang ada.

Sedangkan arti Bos, menurut KBBI adalah  orang yang berkuasa mengawasi dan memberi perintah kepada para karyawan; pemimpin atau majikan (dalam perusahaan).

ya, setiap perusahaan atau pun kecil pasti memiliki Bos. Bos bisa saja laki-laki atau pun perempuan. Bos adalah jabatan tertinggi di bagian atau pun perusahaan tempat kita kerja. Misalnya, Anda bekerja di bagian Keuangan, maka Kepala Bagian Keuangan dapat Anda sebut sebagai Bos, karena Anda dibawahi olehnya. Selain itu, pimpinan perusahaan juga termasuk Bos Anda, walau pun mungkin tidak langsung membawahi Anda.

Karyawan, menurut KBBI  adalah orang yang bekerja pada suatu lembaga (kantor, perusahaan, dan sebagainya) dengan mendapat gaji (upah); pegawai; pekerja;
-- lepas pegawai yang bekerja berdasarkan kontrak kerja (dalam waktu tertentu); karyawan tidak tetap; pegawai harian;
-- manajerial orang yang berhak memerintah bawahannya untuk mengerjakan sebagian pekerjaannya dan dikerjakan sesuai dengan perintah;
-- operasional orang yang secara langsung harus mengerjakan sendiri pekerjaannya sesuai dengan perintah atasan
-- tetap pegawai yang bekerja di suatu badan (perusahaan dan sebagainya) secara tetap berdasarkan surat keputusan;
-- tidak tetap karyawan lepas
 
Karyawan dituntut untuk selalu produktif agar memiliki daya guna yang bermanfaat bagi keuntungan perusahaan sesuai dengan gaji/upah yang diterima. Banyak sekali hal-hal yang dapat menstimulus kinerja karyawan, diantaranya bonus, tunjangan, promosi, ataupun sekedar pujian kecil dari atasan. Namun biasanya, kinerja karyawan akan meningkat jika diimingi dengan bonus berupa uang.

Selama bekerja sebagai karyawan, saya melakukan pengamatan dan mengalaminya sendiri, apa-apa saja yang dapat meningkatkan produktifitas/kinerja karyawan, diantaranya :
1. Gaji yang sesuai
2. Bonus
3. Jenjang Karir yang jelas

itu adalah beberapa faktor yang dapat meningkatkan produktifitas. selain itu, ada beberapa hal yang mempengaruhi kebetahan seorang karyawan di suatu perusahaan, diantaranya :
1. Rekan Kerja yang Friendly
2. Jam Kerja yang sesuai
3. Kondisi ruangan kerja (kebersihan, kerapihan, dan kesejukan ruangan)
4. Karakter Bos yang Menyenangkan

Di sini, akan dijelaskan secara spesifik mengenai Pengaruh karakter bos terhadap Produktivitas Kerja Karyawan. Bos yang baik adalah bos yang pandai memotivasi karyawannya. Bagaimana caranya? Sanjunglah karyawannya, arahkan dia tentang pekerjaannya, nasihati bila melakukan kesalahan dan mengajaknya untuk tetap bekerja secara efektif dan efisien. Bos yang baik sejatinya mengerti terhadap seluruh kegiatan perusahaan. Seorang Bos harus mampu menangani semua hal. Contohnya, seorang bos tertinggi di perusahaan harus mengetahui kegiatan-kegiatan HRD, seperti BPJS, sistem perekrutan, atau pun sistem pengembangan karyawan. Selain itu, ia juga harus mengetahui bagian ekonomi, seperti pendapatan atau pun beban. Bos yang baik bukanlah bos yang lepas tangan penuh terhadap pekejaan-pekerjaan kecil. Bos harus memiliki perhatian dan tanggung jawab terhadap kinerja bawahannya.
 
Seorang bos yang disukai karyawan adalah bos yang tegas, bukan sok keras. Apa itu sok keras? sok keras adalah bos yang mau main fisik terhadap bawahannya, yang mau mengeluarkan kata makian jika bawahannya salah. Seorang bos yang baik adalah bos yang disegani bawahannya, bukan ditakuti. Bos yang tegas namun santai akan lebih berhasil ketimbang bos yang sok keras dan emosional.
 
Karyawan akan lebih terbuka pikirannya jika bosnya memperlakukannya dengan baik, jika salah dinasihati dan diberi motivasi. Sebaliknya, seorang karyawan justru tidak akan produktif jika memiliki bos yang galak dan sok keras. Dalam bekerja, karyawan yang dibawahi oleh bos galak akan dibayangi dengan rasa takut, oleh sebab itu, sekali pun mereka rajin bekerja namun kualitas kerjanya tidak akan sejalan dengan kuantitas kerja. Kenapa? sebab mereka tidak 100% menjalani pekerjaan itu karena dibayangi rasa takut. Mereka akan bekerja dengan tergesa-gesa, dibayangi rasa takut dan jengkel. Tentunya ini merugikan. Mereka mungkin bekerja selama 8 jam, mereka mungkin berhasil membuat 100 unit produk, tapi kualitasnya jelek. Berbeda dengan mereka yang memiliki bos yang menyenangkan, mereka akan lebih bekerja dengan hati. kualitas produksinya pun pasti lebih baik.  Itulah sebabnya, seorang bos haruslah pandai dalam bertindak. Jadilah bos yang menyenangkan, tegas namun menyenangkan, dan tidak sok keras.

Jumat, 02 Juni 2017

Derita Fresh Graduate

Setamat SMA kita disibukkan untuk masuk ke Perguruan Tinggi Negeri, ada yang sampai kursus dan ada juga yang hanya mengandalkan belajar otodidak dan doa saja. Banyak yang berhasil ke Perguruan Tinggi Negeri, ada pula yang gak masuk. Nah mereka yang gak masuk tentu saja berkuliah di Perguruan Tinggi Swasta. Kehidupan di kampus nyaris sama, belajar, organisasi, atau kegiatan lainnya. Selama menjalani perkuliahan, kita sama-sama disibukkan dengan tugas-tugas. Hingga di penghujung semester, datanglah Skripsi. Bagi kebanyakan orang, skripsi adalah momok yang begitu menakutkan. Banyak juga yang meninggal gara-gara skripsi. Coba baca di sini. Tapi perlahan demi perlahan, sedikit demi sedikit, Skripsi bakal berlalu, jika memang dikerjakan dengan benar. Ngerjain skripsi itu, yang buat lama adalah dosennya. yang pertama, dosen seenaknya aja ngasih waktu bimbingan. Janji hari ini, tau-tau dibatalin. Intinya sih di masa ini kegiatan kita kebanyakan adalah "menunggu", ya bisa jadi menunggu jam bimbingan yang gak tentu, atau menunggu revisian. Nah yang kedua, banyak dosen yang bener-bener teliti dan gak sembarangan. Beliau minta kita kerjakan dengan metode A, besok metode B, besoknya lagi metode C, hingga akhirnya kembali pada metode A. ini nih yang buat lama. Karena kita bakal revisian terus. Tapi ini bukanlah akhir dari penderitaan. Badai pasti berlalu dan akan datang badai lainnya.

Perlahan tapi pasti skripsi pun kelar dan akhirnya wisuda. Dan para mahasiswa yang akhirnya lulus itu pun bergembira ria di hari wisudanya. Padahal sebenarnya, status mereka secara resmi menjadi pengangguran. Saya juga pernah mengalami masa-masa ini. Sebulan menjadi pengangguran dirasa masih wajar dan masih bisa dimaklumi mungkin dan perasaan juga masih santai karena menikmati masa-masa bebas setelah beban skripsi. Di masa ini, wisudawan lagi giat-giatnya cari loker di internet maupun koran. Mereka pasang target tinggi. Ada yang pengen bekerja di perusahaan asing, bumn, atau instansi pemerintahan. Sah-sah aja. Lulusan baru emang begitu. Dan biasanya, target mereka memang tinggi, dan memang harus tinggi. Mereka gak mau kerja di perusahaan yang gak ternama dan abal-abal. Gengsi dong.


Tapi waktu demi waktu berlalu. Dua bulan pengangguran mulai merasa sedikit cemas, tapi cuma sedikit cemasnya. Hingga puncaknya adalah di bulan ke tiga. Di masa ini kecemasan mulai membesar. Dalam hati terbesit, kenapa sampai sekarang aku belum dapat kerja juga. Banyak tekanan. Tekanan tetangga yang biasa bilang "itu sarjana kenapa ngganggur", belum lagi tekanan orang tua, sebenernya sih orang tua gak nekan, tapi perasaan diri sendiri yang gak enak sama mereka.

Kalian tau yang paling buat jengkel?
Ketika ada iklan lowongan kerja, dengan spesifikasi pendidikan yang sesuai dengan kita, tapi ternyata meminta pengalaman minimal 1 tahun. Kalian bayangkan, semua iklan mengharuskan berpengalaman, gimana perasaan fresh graduate? yang gak punya pengalaman? yang perusahaan pun gak ada yang buka lowongan buat kasih mereka pengalaman? jadi siapa yang kasih fresh graduate pengalaman kalo semua iklan loker mewajibkan harus sudah berpengalaman? Bahasa gampangnya gak ada lowongan buat fresh graduate, ada sih tapi dikit, itu pun paling juga jadi sales.

Para lulusan baru ini selalu kalah di wawancara. Ketika ditanyain "pengalaman kerja berapa lama?". mereka ga akan bisa jawab. Bakal kalah sama yang udah tua-tua, yang lebih experienced.

Jadi sarjana itu gak gampang, tekanannya banyak. Kita kerja gak bisa sembarangan. Ketika kita kerja yang orang tamatan SMA juga bisa kerjakan, mereka bakal bilang "untuk apa kuliah kalau cuma tamat SMA doang bisa jadi itu". Kalian bayangkan, ketika ada Sarjana yang bekerja di levelan SMA itu dicemooh, dianggap ijazahnya gak berguna, percuma. Ini dilema. Kerja aja di cemooh, konon lagi mengganggur. Ini tekanan berat.

Ya inilah kehidupan setelah wisuda. Tekanan dimana-mana. Kerja gak bisa sembarangan, tapi juga gak mau nganggur. Intinya sih lulusan baru memang begitu, gengsi. Tapi lama kelamaan mereka sadar, dan akhirnya mau kerja walau gak sesuai impiannya.
Animated Spinning Kunai - Naruto